Petikan gitar yang mendengung selama dua puluh lima detik pertama, diselingi suara saling sayat besi adalah hal paling horror yang pernah hidup. Horror seperti kau termenung, di antara ratusan orang tak dikenal yang berlalu lalang di trotoar dan menapaki bayanganmu yang jemu melekat di susunan batako, sementara tanganmu berusaha merengkuh sesuatu. Sesuatu yang tak ada. Melodi gitar yang masuk kemudian, membuat mu melihat sekeliling tanpa pandangan, hingga tak terasa, bus jurusan jmp pun meninggalkan dirimu dalam lemas kelabu dan rengkuhan fanamu. Hentakan drum yang sengaja melecut anda sedikit membuat anda tertegun sesaat, lalu berjalan menuju aspal jalanan urban yang gagah. Segalanya berjalan dengan pelan, dan semakin amat pelan saat lirik diucapkan, tetapi terasa semakin erat rengkuhanmu, seperti bahasa tubuh yang dilantunkan pada awal pagi, oleh sejoli remaja dan dengan pupil mereka yang membesar setiap kali pasangannya mengecup tipis belakang telinga. Dan jika kau lihat jauh ke dalam pupil itu, saat lirik tak lagi terucap, kau akan lihat segala hal yang sempat terekam olehnya, semenjak mereka berjalan di trotoar menuju suatu pensi suatu sma dengan bintang tamu, band gahar remaja, saat mereka mengejar bus untuk pulang menuju rumah masing-masing dan tinggalkan derap sentuhan di jaket masing2, lalu berdoa semoga ibu mereka tak mengetahuinya, hingga dengan nakalnya membersihkan liquid esoterik di lantai kamar, saat orang rumah bekerja. semuanya mulai dipercepat, seiring raungan gitar berteriak dan mencabik setiap bagian dari memori itu. menggaruk kasar seluloidnya dan mencakar pinggiran dna tanpa henti, hingga akhirnya petikan gitar berakhir dan kau tersadar..... bahwa itu (dulunya) merupakan memorimu. Kau termenung dan kembali terlempar ke trotoar, bersama sisa bunyi "tik tik tik tik....." dan rengkuhanmu yang tak lagi kau rengkuh.
3.29.2012
the stars burst as you dilate your pupil.
Petikan gitar yang mendengung selama dua puluh lima detik pertama, diselingi suara saling sayat besi adalah hal paling horror yang pernah hidup. Horror seperti kau termenung, di antara ratusan orang tak dikenal yang berlalu lalang di trotoar dan menapaki bayanganmu yang jemu melekat di susunan batako, sementara tanganmu berusaha merengkuh sesuatu. Sesuatu yang tak ada. Melodi gitar yang masuk kemudian, membuat mu melihat sekeliling tanpa pandangan, hingga tak terasa, bus jurusan jmp pun meninggalkan dirimu dalam lemas kelabu dan rengkuhan fanamu. Hentakan drum yang sengaja melecut anda sedikit membuat anda tertegun sesaat, lalu berjalan menuju aspal jalanan urban yang gagah. Segalanya berjalan dengan pelan, dan semakin amat pelan saat lirik diucapkan, tetapi terasa semakin erat rengkuhanmu, seperti bahasa tubuh yang dilantunkan pada awal pagi, oleh sejoli remaja dan dengan pupil mereka yang membesar setiap kali pasangannya mengecup tipis belakang telinga. Dan jika kau lihat jauh ke dalam pupil itu, saat lirik tak lagi terucap, kau akan lihat segala hal yang sempat terekam olehnya, semenjak mereka berjalan di trotoar menuju suatu pensi suatu sma dengan bintang tamu, band gahar remaja, saat mereka mengejar bus untuk pulang menuju rumah masing-masing dan tinggalkan derap sentuhan di jaket masing2, lalu berdoa semoga ibu mereka tak mengetahuinya, hingga dengan nakalnya membersihkan liquid esoterik di lantai kamar, saat orang rumah bekerja. semuanya mulai dipercepat, seiring raungan gitar berteriak dan mencabik setiap bagian dari memori itu. menggaruk kasar seluloidnya dan mencakar pinggiran dna tanpa henti, hingga akhirnya petikan gitar berakhir dan kau tersadar..... bahwa itu (dulunya) merupakan memorimu. Kau termenung dan kembali terlempar ke trotoar, bersama sisa bunyi "tik tik tik tik....." dan rengkuhanmu yang tak lagi kau rengkuh.
Posted by
prinka saraswati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar