Halaman

3.29.2012

the stars burst as you dilate your pupil.



Petikan gitar yang mendengung selama dua puluh lima detik pertama, diselingi suara saling sayat besi adalah hal paling horror yang pernah hidup. Horror seperti kau termenung, di antara ratusan orang tak dikenal yang berlalu lalang di trotoar dan menapaki bayanganmu yang jemu melekat di susunan batako, sementara tanganmu berusaha merengkuh sesuatu. Sesuatu yang tak ada. Melodi gitar yang masuk kemudian, membuat mu melihat sekeliling tanpa pandangan, hingga tak terasa, bus jurusan jmp pun meninggalkan dirimu dalam lemas kelabu dan rengkuhan fanamu. Hentakan drum yang sengaja melecut anda sedikit membuat anda tertegun sesaat, lalu berjalan menuju aspal jalanan urban yang gagah. Segalanya berjalan dengan pelan, dan semakin amat pelan saat lirik diucapkan, tetapi terasa semakin erat rengkuhanmu, seperti bahasa tubuh yang dilantunkan pada awal pagi, oleh sejoli remaja dan dengan pupil mereka yang membesar setiap kali pasangannya mengecup tipis belakang telinga. Dan jika kau lihat jauh ke dalam pupil itu, saat lirik tak lagi terucap, kau akan lihat segala hal yang sempat terekam olehnya, semenjak mereka berjalan di trotoar menuju suatu pensi suatu sma dengan bintang tamu, band gahar remaja, saat mereka mengejar bus untuk pulang menuju rumah masing-masing dan tinggalkan derap sentuhan di jaket masing2, lalu berdoa semoga ibu mereka tak mengetahuinya, hingga dengan nakalnya membersihkan liquid esoterik di lantai kamar, saat orang rumah bekerja. semuanya mulai dipercepat, seiring raungan gitar berteriak dan mencabik setiap bagian dari memori itu. menggaruk kasar seluloidnya dan mencakar pinggiran dna tanpa henti, hingga akhirnya petikan gitar berakhir dan kau tersadar..... bahwa itu (dulunya) merupakan memorimu. Kau termenung dan kembali terlempar ke trotoar, bersama sisa bunyi "tik tik tik tik....." dan rengkuhanmu yang tak lagi kau rengkuh.


3.27.2012

lha nggeh, lare-lare niki lho.


visiting my old elementary school and captured some activities there! they asked me for the photos, so they gave me their address and i promised them to send the print as soon as i reach my productive time.

3.22.2012

Pure Happiness

On Saturday, 17th March, i met two sweet little girls, whose name are Tessalonika (the left one)and Keiza (the right one). They were playing in all their glory at canteen, so i came over and took some pictures of them. They tried to chase each other and laughed about esoteric stuffs that only them who knew. Their gleaming eyes spoke sentences i once had found in my childhood. Their giggles reminded me about how purely happy i was in my tiny feet. My mind strucked by a sudden question, coming from Keiza's tiny lips, "Why do you keep taking pictures of us?". "Because i just love to do it and i love your joy!", i replied spontaneously. "Are you a photographer? Like the one who takes picture for the newspaper?", Tessalonika uttered another question. "No. I take pictures for myself and anyone who wants to enjoy 'em or even cry about 'em.". Then, we had an adequate conversation to spend the rest of lunch time. But the topics spreaded along the universe like stars and planets. We talked about Keiza's new born cousin, Tessa's hatred to her music teacher at school, facebook (god.. they're only eight and they already have facebook!!!), homeworks, difficulty in mathematic, my camera, my passion in taking pictures and the enormous hot weather in my town. Our conversation went to the edge when they had to go home, because Keiza had to visit her new born cousin and Tessalonika had to go home for good girl reason. While, me myself, i had to get back to my teenage life and would keep that pure happiness immortally in my blood.


3.14.2012

A Tender Whisper

i went to a small park and got a photo shoot with the angel, Ipe. actually, this is my second shoot, because my film was lost along with the camera, right after the first shoot. i almost gave up on that point, but i decided that i have to keep taking pictures with my still left zenit. it was not like i abandoned my zenit and chosed nikon, but it was because i wanted to use my 35mm nikkor lens, because there was a superb enormous three and 35mm lens was the only choice. i actually could take the picture without that lens, but it would endanger myself as there was a small valley if i stepped back more. and i did not want to die. but, alas, i lost it in @!#$@#$@$% situation. i was crying silently when i lost it. i felt so unresponsible and stupid. i almost hurted myself for that. so, two days later, i decided to stay alive magically and build my whimsical world with another camera. then i picked zenit, among some others, because i love the tender tone and its legendary sweet swirly bokeh. and here it goes... my effort to stay alive magically. a photo shoot.

3.08.2012

en pointe


Hidup saya bukan semacam rasi bintang maha agung yang bergelimang cahaya immortal dan debu-debu bintang yang dapat membuat seorang Wendy terbang menuju Neverland. Juga bukan komidi putar yang diciumi warna-warna pastel dari cat catylac yang sulit luntur dan meluncurkan lagu ceria yang di penuhi nada - nada manis piano mini, yang mendesis dari speaker - speaker kecil di bagian yang tak terlihat (mungkin di samping kuda - kuda fiber itu, yang tak menghentak dan tak memiliki dentuman di tiap tapaknya). Saya sebenarnya juga belum mengerti betul hidup saya ini bagaimana, sehingga untuk menganalogikannya pun sulit. Saya bukan penulis, yang menggantungkan hidup pada ujung sentuhan jari dan idiom - idiom yang hanya ia mengerti sendiri. Ini cuma igauan dalam keadaan di bawah substansi tertentu. Saya juga bukan fotografer (seperti bukti foto yang ada di atas) yang menumpukkan selaksa tenaga dari ujung rambut hingga pinggiran jari kaki, ke ujung jari dan mata yang memicingkan separoh pupil dengan menekan tiap otot - otot di belakangnya. Saya cuma berdansa tap di setapak yang basah ini, sambil mendengarkan desis yang terasa vivid dari belaian matahari yang terbawa angin. terkadang saya melakukan sedikit en pointe pada beberapa puncak desis yang mencekik rambut - rambut ranting. hingga suatu saat, saya terjatuh tajam pada en pointe puncak.

3.01.2012

Espoirs et Reves (a work for ForVeselka)

i did a work for ForVeselka, a double-rainbow thrift store which is ran by Rahma and Khansa!

Blogger templates